Materi Kita - Admin akan melanjutkan materi Sejarah yang dimana admin akan menulis kelanjutan dari pembahasan kemarin.

A. Kehidupan Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah sederhana, kehidupan mereka tidak ubah semacam kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan oleh alam.

Pada masa ini, manusia hidup di alam bebas seperti di :
  • Di hutan
  • Di tepi-tepi sungai
  • Di goa
  • Di lembah
Keadaan berburu merekapun masih belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini, mereka cenderung berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnya lah baru mereka menciptakan perahu.

2. Kehidupan Sosial
Masyarakat pada kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka selalu hidup berpindah-pindah.

Hubungan antar anggota kelompok sangatlah erat, mereka bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidup mereka, masing masing kelompok memiliki pemimpin dan mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing.

3. Kehidupan Budaya
Pada masa ini mereka mulai membuat alat-alat untuk berburu, seperti, alat pemotong, alat pengeruk tanah dan lain sebagainya. Para ahli, menafsirkan pembuat alat tersebut adalah jenis manusi pithecanthropus dan kebudayaan disebut tradisi paleolitikum (batu tua).

Banyak di temukan di kali basoka, daerah kabupaten pacitan. Penelitian ini dilakukan oleh H.RVan Heekeren, Besuki & R.P. Soejono (1953-1954)
Adapun benda-benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah sebagai berikut :
  • Kapak Perimbas
  • Kapak Penetak
  • Kapak Genggam
  • Pahat Genggam
  • Alat Serpih
  • Alat-alat dari tulang

4. Kehidupan Ekonomi
Pada masa ini mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih sedikit mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari alam bebas, saat persediaan hutan habis mereka pindah ke daerah lainnya untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.

5. Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
Pada masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dengan sistem penguburan dan mereka sudah mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya sebatas hal-hal tertentu saja. 

Dengan penguburan terhadap orang yang baru meninggal maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.

B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok Tanam
1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Setelah itu,mereka mengulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya. 

Namun dalam perkembangan selanjutnya, manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampauitu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap untuk mempererat hubungan antar manusia, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. 

Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong royong, cara hidup bergotong royong itu bersifat agraris.

3. Kehidupan Ekonomi
Pada masa ini kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi kehidupannya sendiri. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang yang disebut sistem barter. 

Sistem barter ini menjadi awal munculnya perdagangan atau sistem perekonomian masyarakat, untuk memperlancar kegiatan tersebut dibutuhkan tempat khusus yang dapat di jadikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disebut pasar.

4. Sistem Kepercayaan Masyarakat
Pada masa kehidupan ini bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah, mereka percaya kalau orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah disekitar tempat tinggalnya sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk diminta bantuannya dalam kasus sepertu menanggulangi wabah penyakit atau mengis pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang tempat tinggalnya.

Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan, tugu-tugu, batu atau bangunan-bangunan mengalithikum.
Bangunan-bangunan itu banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi dari daerah sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di tempat yang lebih tinggi.

5. Kehidupan Budaya
Pada masa kehidupan ini bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam seperti terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang.
Contoh :
  • Beliung Persegi. Diduga digunakan untuk upacara, ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
  • Kapak Lonjong. Kapak ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan Filipina, Taiwan dan Cina.
  • Mata Panah. Digunakan untuk berburu dan menangkap ikan, ditemukan di daerah Papua.
  • Gerabah. Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan sebagai alat untuk mencurahkan rasa seni, ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.

6. Perhiasan
Pada masa bercocok tanam kebudayaan, telah dikenal berbagai bentuk perhiasan, bahan dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal mereka yaitu seperti tanah liat, batu kalsebon, yaspor dan agat. Perhiasan yang dihasilkan seperti kalung, gelang dan lain sebagainya.

Disamping perhiasan tersebut juga ditemukan kebudayaan yang berbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan mengalitikum erat kaitannya dengan kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Bangunan ini dibuat berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam baka.
Contoh Bangunan Pada masa Megalitikum, yaitu :
  • Menhir adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, ditemukan di daerah Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
  • Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh, ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
  • Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang, di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu, ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.
  • Punden Berundak-Undak adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat dertingkat-tingkat, ditemukan di daeraha Lebak Sibeduk daerah Banten Selatan.
  • Sarkofagus adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tungga), banyak ditemukan di Bali.
  • Kubur Batu adalah peti jenazah tersebut dari batu pipih, banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Timur.
  • Arca dari masa megalitikan menggambarkan kehidupan binatang dan manusia. Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

C. Perkembangan Tekhnologi Masyarakat Awal Indonesia
1. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan kebutuhannya sendiri, meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan tekhnologi pada masa itu terlihat jelas pada tekik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupannya.

Ketika manusia mulai mengenal logam, manusia telah dapat menggunakan peralatan dari logam, seperti peralatan rumah tangga, pertanian, berburu, berkebun, dan lain sebagainya. Tetapi dengan meluasnya penggunaan peralatan yang terbuat dari logam, peralatan tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya yang disebut undagi dan tempat pembuatan alat tersebut disebut perundagian.

Dalam perkembangan tekhnologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal benda-benda yang terbuat dari logam dan perunggu, hal ini terbukti karena ditemukannya benda-benda dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia. 

Dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan tekhnologi manusia berkembang.

2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masa perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa ini terjalin hubungan dengan daerah-daerah disekitar Indonesia.

Hubungan ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter. Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia.

Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian, masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada aktivitas ekonominya.

3. Kehidupan Budaya Masyarakat
Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya :
a. Nekara Perunggu. Fungsinya sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan dan sebagai genderang perang, banyak ditemukan di daerah Timur Indonesia.
b. Kapak Perunggu. Ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.
c. Bejana Perunggu. Bentuknya mirip gitar spanyol tanpa tangkai, ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu. Ditemukan di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor, dan Palembang.
e. Perhiasan. Ditemukan di daerah Bogor, Bali, Malang.

D. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, pada umumnya mereka hidup berpindah-pindah. Akan tetapi, dalam perkembangannya mereka mulai menetap, menetap di goa-goa yang ditepi pantai atau dipedalaman.

Orang mulai memiliki pandangan bahwa tidak berhenti setelah orang meninggal, orang meninggal di anggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik.

Intinya, kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.

2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Awalnya munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman masyarakat yang bersangkutan.

Disamping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat.

Contohnya : Sebilah keris yang dianggap pusaka, kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.

3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.

Contohnya : Batu cincin dipandang mempunyai kekuatan untuk melemahkan lawan.

4. Kepercayaan Bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat.